ChOCOLATE DILEMA




                 Introduce
               Chinkita Mery Wijaya : Tokoh utama Cewek. Keluarga dan sahabatnya memanggilnya Mery, tapi kalo Ery lagi sebel suka memanggilnya Inki (Mery sebel kalo dipanggil Inki karena itu adalah nama yang aneh, apalagi nama anjing tetangganya juga Inki). Penggemar berat buah dan sayur (vegetarian), alergi banget sama coklat.
                February Zuan Putra: Tokoh Utama Cowok. Panggilannya Ery, tapi kalo Mery lagi sebel suka memanggilnya Ari (Ery sebel kalo dipanggil kayak gitu, karena Ari adalah nama kakak pertama Ery yang hobi pamer apapun ke Ery, dan malangnya Ery selalu kalah kalo taruhan sama Ari). Penggemar coklat (coklat holic/maniak coklat/chocolate lovers), gak terlalu suka buah dan sayur dengan alasan rasanya nggak semanis coklat. Meski pecinta coklat tapi Ery nggak gemuk, dan jerawatan loh.
                Endryan Saputra: Panggilan Endry, cowok  berkacamata, jenius, dan penyuka sea food. Tidak alergi coklat dan cukup tertarik dengan sayur dan buah. Sewaktu SMP adalah pacar Mery tapi hanya bertahan 1 tahun karena Endry harus konsentrasi pada studinya. Tapi, setelah putus keduanya tetap dekat sebagai sahabat.
                Rishela Nandia: Panggilan Rishel, teman Mery sekaligus gebetan Ery, penggila coklat, vanilla, es krim, dan permen susu.
Chocolate Dilema
            “Mer, capek nih” ucap Ery, lalu berjalan menuju pinggir lapangan, mengambil sebotol air mineral dan meminumnya.
            Mery memungut sebuah cock yang terjatuh, kemudian mengikuti Ery ke pinggir lapangan, “Loh, air mineralku  mana?” tanya Mery kebingungan, “Tadi ku taruh sini deh kayaknya” kata Mery sambil menunjuk tas biru mudanya.
            “Nih” Ery menyerahkan botol minuman berwarna biru muda pada Mery, “Loh, kok tinggal setengah. Dasar Ari nyebelin” ucap Mery ketus, lalu duduk disamping Ery dengan bibir manyun.
            “Inki, Ery Cuma minta sedikit airnya. Tadi Ery nggak bawa minum. OK” ujar Ery, sambil mengacak-ngacak tasnya.
            “Terus dalam tas kamu apa coba? Pasti...” belum selesai Mery bicara, Ery udah mengeluarkan benda yang pasti dibawa Ery kemana pun.
            “Jeng..jeng...Coklat” sambung Ery sambil memamerkan sebatang coklat di hadapan Mery. Lalu membuka bungkusnya dan mematahkan di salah satu sudut, “Sini aku suapin” Ery menyodorkan potongan coklat ke mulut Mery.
            “Idiih...Ery, GAK MAU. Nanti gatel semua tau!” Mery.
            “Gak mau yaudah, aku makan sendiri” Ery pun memasukkan potongan coklat tadi kemulutnya sendiri, “Kamu aneh deh Mer, masak cewek nggak suka coklat. Padahal cewek kan suka sama yang manis-manis” komentar Ery sambil memakan coklatnya.
            “Manis bukan berarti coklat, bisa aja kayak....”Mery berhenti sejenak sambil tersenyum centil, sedang Ery hanya melihatnya bingung “kayak Endry, dia juga manis. Dan aku suka” Mery tersenyum lagi.
            Ery melongo mendengar ucapan Mery, lalu “Aduuhh” teriak Mery saat tangan Ery menjitak kepalanya. “Inki. Aku kasih tau ya...kalian itu udah putus. Lagian percuma kamu ngarepin Edry, dia itu lagi belajar biar jadi professor botak kayak di film-film. Tau!” ujar Ery.
            “Namaku Mery, bukan Inki. OK! Idiihhh...imajinasi kamu tuh ketinggian tau. Dari pada kamu sejak SMP hobinya gonta-ganti pacar melulu. Dasar Kelinci coklat” balas Mery.
            “Kelinci coklat?” Ery memandang Mery bingung.
            “Iya. Kelinci itu maksudnya kamu Play Boy, Coklat karena kamu maniak coklat” Mery menjelaskan.
            “Owh...” Ery diam sejanak, Mery pun juga terdiam. “Eh, Ki” Mery menoleh ke arah Ery “Kenapa ya kita tetep deket, padahal pacar-pacarku dulu kalo nggak suka coklat udah ku putusin, solanya menurutku yang nggak suka coklat itu nggak macth sama aku. Tapi kamu yang alergi coklat, malah bisa temenan sama aku sampe sekarang, kalo dihitung udah 7 tahun kita jadi temen dekat” ujar Ery. Mery yang mendengarnya terdiam ikut-ikutan bingung, mery juga nggak tau pasti apa alasannya. Apa faktor hati?
            “Udah sore, pulang yuk” Ajak Ery sembari dia berdiri, lalu menepuk pantatnya untuk menghilangkan debu yang menempel. Mery mengikuti langkah Ery pulang ke rumah. Lapangan badminton terletak di tengah taman kompleks, sedangkan rumah mereka hanya berjarak 200 meter dari taman. Ery dan Mery adalah tetangga, rumah mereka saling berhadapan.

            Saat Mery di Sekolah.
            “Mer, nanti ngerjain tugas kelompoknya di rumah kamu?” tanya Rishel semangat.
            “Iya, tumben semangat banget ke rumahku?” Mery balik bertanya.
            “Nggak kok” Rishel hanya tersenyum simpul.
            Mery, Rishel, Bunga, dan Brilian sudah ada di rumah Mery untuk mengerjakan tugas kelompok membuat handmade dari bahan bekas. “Tinggal nunggu kering kan? Aku pinjem laptop kamu ya, Mer” Rishel meminta izin.
            “Iya, pake aja. Aku mau keluar dulu ya bentar” Mery pun meninggalkan kamarnya, mengambil beberapa cemilan.
            Sedangkan, teman-temannya asyik melihat facebook gebetan baru Rishel.
Tak lama setelah itu Mery datang membawa cemilan, “Girls, nih cemilannya” Mery meletakkan sepiring cemilan di meja.
“Mer, lihat nih gebetan baru Rishel. Katanya tetangga kamu” kata Bunga. Mery melangkah menuju meja belajarnya, tapi belum sampai Mery melihat, laptop Maery mati. “Yah baterainya abis” Rishel merengut ”Padahal aku mau tanya ke kamu, siapa tau kamu tau dimana rumahnya.” keluh Rishel.
“Emang siapa namanya?” tanya Mery.
“Aku nggak tau, waktu kita kenalan di facebook dia pake nama samaran” ujar Rishel. Mery hanya merespon dengan beberapa anggukan.
“Eh, udah sore nih. Aku mau pulang dulu yah” kata Brilian, “Aku juga pulang deh” tambah Bunga. Teman-teman Mery pun memutuskan untuk pulang sore itu.
“Hati-hati ya” pesan Mery pada ke tiga temannya yang sudah masuk taksi “Daaa”

Baru aja masuk rumah, HP Mery sudah berdering. “Hallo, Endry” sapa Mery.
“Hallo Mer, nanti les ku jemput yah” kata Endry diseberang.
“Ok. Ku tunggu”
“Naik sepeda”
“Siap”
Tutt..tuut...telefon mati. Mery segera menuju kamar mandi, kemudian siap-siap. Jam dinding menunjukkan jam setengah 5 sore, Mery pun menyiapkan sepedanya untuk les sama Endry.
“Mer, mau les?” tanya Ery yang lagi ngelap mobil papanya.
“Iya” jawab Mery seadanya, soalnya dia juga lagi ngelap sepedanya.
“Ku anterin yuk” Ery menawarkan.lawa
“Nggak usah, aku mau berangkat bareng Endry kok” disaat bersamaan terdengar bunyi ‘kring..kring’, “Nah tu orangnya dateng, aku duluan ya, Ry. Daaa....” Mery segara menaruh lap sepeda di tempatnya semula, kemudian bergegas manaiki sepedanya, lalu berangkat les sama Endry.
Ery menatap mereka berdua dengan pandangan tak suka. Ada rasa benci kalo liat mereka berduaan, Apa aku cemburu? Nggak mungkin.Ery membanting lapnya ke dalam ember, lalu masuk ke dalam rumah.

Sepulang les jam 9 malam, Mery membuka laptopnya yang sudah terisi penuh baterainya. Niatnya mau buka facebook, tapi malah facebook Rishel yang muncul, “Pasti belom di log out tadi” ucap Mery. Tadi katanya Rishel kenalan di percakapan sama gebetan barunya, karena penasaran Mery membuka chat milik Rishel. “Sorry banget ya Shel, aku janji gak akan kasih tau kesiapa pun tentang isi chat kamu” Mery berjanji pada dirinya dan Rishel.
Mery membuka inbox terakhir, “Ini kan...”Mery terdiam sejenak melihat nama lawan chatting Rishel, “Facebooknya Ery. Jadi gebetan barunya Rishel itu Ery” wajahnya berubah aneh, “kok bisa?” tanya Mery pada dirinya sendiri. Melihat percakapan keduanya ternyata keduanya bisa nyambung karena coklat. Segera Mery menutup facebook Rishel.

Keesokan paginya, entah mengapa hati Mery sakit banget kalo ketemu Rishel. “Mer, kamu kenapa sih. Kayaknya lagi sebel banget sama aku?” tanya Rishel bingung.
“Sorry Shel, aku lagi mau dapet kayaknya” Jawab Mery bohong, diakan baru aja selesai dapet.
“Owh...Oke deh” Rishel tersenyum lalu meninggalkan Mery.
Begitu Rishel sudah pergi, Mery menyesali sikapnya, Kenapa aku harus marah kalo Rishel deket sama Ery, itu kan bukan urusanku? Lagi pula selama ini Ery jadi kelinci coklat, aku biasa aja, masak iya kalo aku cemburu?, hatinya berkecamuk bagai kapal ditengah samudera yang terus di goyahkan oleh ombak.

“Mer, kok bengong sih” Endry mengibaskan tangannya di depan muka Mery, soalnya sepanjang les Mery nglamun terus.
“Eh..iya” Mery tersentak kaget, “Kenapa?” dengan suara lirih Mery bertanya.
“Nggak, kok kamu bengong, kenapa?” Endry balas bertanya.
“Masih pelajaran, nggak mau cerita” Mery mengalihkan pandangan pada tutor yang lagi menjelaskan.
Teett....Teettt....Bel break  berbunyi. Tutor pun meninggalkan kelas.
“Ok. sekarang udah nggak pelajaran. Berarti mau cerita” ucap Endry.
Mery terdiam sejenak, dia kebingungan apa yang harus ceritakan. “Huft...janji jangan marah, cemburu, atau pun ketawa” Mery memberikan syarat sebelum bercerita.
OK. I promise” Endry mengacungkan tangannya dengan jaemari bersimbol ‘V’
“Nggak tau kenapa, aku marah, aku sebel, aku sedih, setelah tau kalo Rishel temenku sekelas adalah gebetan barunya Ery” Mery bercerita singkat, lalu memandang dengan isyarat mata meminta jawaban pada Endry tetang  sebenarnya apa arti perasaan yang dirasakannya.
“Umb...udah jelas jawabannya. Dan aku pasti dapat nilai A+. Kamu JEALOUS” jawab Endry mantap.
“Gak mungkinlah, ngapain aku cemburu. Lagi pula, dia dulu pacaran sama siapa aja aku nggak pa-pa tuh” elak Mery.
Endry hanya mengangkat kedua bahunya. Mery putus asa hingga kepalanya jatuh ke pundak Endry, lalu Endry membelai lembut kepala Mery.

“Mbak, eskrim coklatnya 1, sama jus mangganya 1. Terus brownis coklatnya 1, sama rainbow cakenya 1. Udah” Ery menyebutkan pesanannya. Seperti biasa kalo malam minggu Ery sama Mery nongkrong di blue café. Setelah memesan beberapa makanan dan minuman Ery kembali serius berkutat dengan laptopnya.
“Serius banget sih, sampe yang diajak aja dikacangin. Apa aku pulang aja ya?” ucapan Mery langsung membuat Ery menoleh, lalu tersenyum.
“Aku mau nunjukin sesuatu ke kamu, coba deh liat. Dia bilang sekolah di sekolah yang sama kayak kamu. Kamu kenal nggak?” Ery menghadapkan laptopnya ke arah Mery.
Mery memang sakit hati banget saat Ery menanyakan tentang Rishel. Tapi dia sangat pintar menyembunyikan sakit hatinya. “Owh...itu temen sekelasku. Namanya Rishel” jawab Mery.
“Owh...siph deh kalo gitu” sahut Ery. Setelah itu keduanya terdiam sendiri, Mery lebih memilih memutar MP3 di HPnya dengan lagu-lagu barat, sedangkan Ery tetap aja sibuk sama laptopnya.

Di hari minggu yang cerah, Mary udah janjian sama Endry buat nganterin Endry ke toko buku, dan Endry nemenin Mery nonton, sebenarnya Mery mau ngajak Ery, tapi katanya Ery udah ada acara sama temennya mau main basket di sekolahnya.
“Endry, aku mau beli rainbow cake dulu ya” kata Mery saat dia keluar dari mobil Endry yang terparkir di depan blue café.
“Aku ikut, sekalian mau beliin brownis buat mama” Endry ikut turun dari mobil.
Keduanya lalu masuk ke dalam café, tapi langkah Mery berhenti saat melihat Ery sedang berduaan sama Rishel. Endry yang kaget ikut berhenti mendadak. Ery menatap Mery dengan pandangan yang aneh, dan Rishel tampak tersenyum ramah.
“Hai Mer, kamu disini” sapa Rishel.
“Hai, iya...aku mau beli kue” jawab Mery dengan senyum yang terpaksa.
“Owh...itu pacar kamu ya?” tanya Rishel sambil menunjuk ke arah Endry.
Mery hanya tersenyum “Itu gebetan kamu yang waktu itu?” Mery membalas bertanya, tanpa menunjuk ke arah Ery.
“Iya, yang aku bilang rumahnya di sekitar rumah kamu. Kalian saling kenalkan?” Rishel mencoba memastian.
Baru aja Ery mau menjawab tapi Mery sudah lebih dahulu menjawab “Nggak”, sehingga Ery pun terdiam. “Aku duluan ya Shel” pamit Mery pada Rishel. Lalu bergegas menuju ke etalase kue diikuti Endry dibelakangnya.


Endry memandang Mery yang ada disampingnya, Endry memutuskan untuk langsung nonton aja karena mata Mery udah memerah. Jadi, tindakan tercerdas yang bisa dilakukan Endry adalah membawa Mery ke bioskop yang gelap supaya dia bisa menangis. “Kamu gak pa-pa?” tanya Endry, meski dia tahu Mery takkan menjawab pertanyaan, jadi Endry memutuskan untuk menyandarkan kepala Mery ke pundaknya.
“Kenapa dia harus bohong sih, selama ini kalo dia mau jalan sama pacarnya selalu jujur tapi kenapa sekarang bohong.Aku nggak suka dibohongin” isak Mery disandaran Endry, dengan telaten Endry mengelus kepala Mery.

2 minggu kemudian...
Mery dan Ery sangat jarang bertemu selama 2 minggu berlangsung, jika bertemu Mery hanya menyapa basa-basi. saat Ery mengajaknya keluar Mery selalu beralasan apapun. Sakit hati Mery juga nggak pernah terobati, sebab Rishel selalu menceritakan perkembangan hubungannya dengan Ery, berita terakhir yang diceritakan Rishel adalah Rishel dan Ery mau ke kota X buat hunting coklat enak, sekarang Mery mencoba melupakan sakitnya dengan cara belajar, beberapa bulan lagi UNAS dan tes masuk Universitas akan dihadapinya.
Suara heboh ibu-ibu terdengar di luar kamar Mery, dengan penasaran Mery keluar kamar. Ternyata mamanya Ery, “Hallo tante” sapa Mery.
“Mery, kebetulan. Kamu lagi nggak ada acara kemana-mana kan?” tanya mama Mery yang juga berada di ruang tengah depan kamar Mery. Mery hanya menggeleng, seketika senyum dibibir  mama Mery tersungging “Kamu mau kan tolongin mamanya Ery?”
“Tolongin apa ma?” Mery tambah penasaran, karena wajah mama Ery juga mulai tampak berseri-seri.
“Jadi gini Mer, Ery lagi sakit. Sedang di rumah sepi, kamu tau sendiri kakak-kakak Ery kuiah, papa Ery juga kerja di luar kota. Nah, tante sama mama kamu mau arisan bentar aja di rumah tante Lia. Kamu mau kan jagain Ery selama tante arisan?” mata mama Ery begitu gemerlapan penuh harap.
“Iya tante, emangnya Ery sakit apa, Tan?” Mery tersenyum manis, padahal hatinya sakit banget.
“Alergi coklat, kata dokter soalnya pas liburan di kota X kemarin kayaknya Ery makan coklatnya nggk kira-kira. Oh iya... tadi tante udah bikini bubur sama nyiapin obatnya di meja makan. Kamu tolong suruh dia makan yah” pinta mama Ery lagi. Mery hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu masuk kamar ambil HP, dan bergegas ke rumah Ery.
Sesampainya di sana Mery langsung menuju meja makan, sebuah nampan dengan tudung saji diatasnya, Mery mumbuka tudung saji itu dan membawanya ke kamar Ery. Saat membuka kamar Ery, entah mengapa Mery ingin pulang. Tapi gimana pun juga, Mery terlanjur mengiyakan. Dengan segenap hati yang dipaksakan untuk memberanikan diri Mery membuka pintu kamar, ternyata Ery lagi tidur.
Mery menarik nafas perlahan, lalu menghembuskannya, “Ry, bangun...makan dulu” dengan lembut Mery menepuk pipi Ery yang terasa panas.
Mata Ery membuka sedikit lalu langsung duduk saat tau kalau yang datang adalah Mery, “Kok kamu Mer? Mama mana?” tanya Ery.
“Lagi arisan, waktunya kamu makan. Ry” Mery menyerahkan semangkuk bubur pada Ery, dan membiarkan Ery makan sendiri.
“Kamu bukannya sibuk belajar? Aku nggak pa-pa kok sendiri” ucap Ery saat Mery melihat-lihat foto di meja belajar Ery, ada fotonya bersama Ery yang sewaktu mereka masih SD.
“Aku pinjem IPAD kamu” Mery mengambil IPAD di meja belajar Ery, saat menyalakannya ada foto Ery dan Rishel. Tiba-tiba duri tajam kembali menusuk Mery, tapi dia tetap mengambil IPAD itu dan segera membuka game angry bird.
Ery menatap Mery yang sedang tiduran di tempat tidurnya, Apa Mery nggak dengar kata-katanya? Bukan maksudnya Ery mau ngusir, tapi sikap Mery yang selalu menghindar membuatnya tak nyaman untuk merepotkan Mery sekarang.
20 menit telah berlalu, Ery memakan buburnya sambil nonton TV. Karena agak mual membuatnya malas makan, jadi untuk menghabiskan buburnya butuh waktu lama banget. ‘Nevermind, I’ll find someone like you. I wish nothing but the best for you too’ terdengar suara HP Mery berdering, “Mer, ada telef...” Ery mengehentikan bicaranya begitu tau kalau Mery sudah terlelap, Ery tersenyum melihat wajah Mery yang manis saat tertidur. Ery pun mematikan telefon dari Endry. Ada hal yang dipikirkan Ery tentang Mery dihidupnya.
Perlahan Mery membuka matanya, Aku masih dirumah Ery ya...harusnya saat aku bangun aku di kamarku. Pasti hari ini bukan mimpi seperti hari buruk sebelumnya. Mery mengusap air matanya yang meleleh, lalu bangkit dari tempat tidur. Ery sudah tidur. Mery segera meninggalkan kamar, saat langkahnya sampai di ruang tamu mama Ery sudah pulang. Mery pun pamit pulang.

Mery menunggu Ery di pinggir lapangan badminton, semalam Ery meminta Mery untuk datang di lapangan jam 2 siang. Untuk pertama kalinya Mery menunggu datangnya Ery, biasanya Mery yang suka telat. Dan Mery tetap sabar padahal udah jam setengah 5. hatinya bertanya-tanya Apa yang aku tunggu? Apa yang aku cari?!!.
“Mer, sorry aku telat. Tadi disuruh nganterin mama belanja” Ery datang ngos-ngosan. Mery hanya menatapnya.
“Kamu mau ngomong apa?” tanya Mery to the point.
“Kamu buru-buru pulang?” tanya Ery balik.
“Ry, ngomong aja.” jawab Mery datar.
“Ok” Ery menatap Mery dengan serius. Ini pertama kalinya Ery merasakan masalah yang begitu serius selama 7 tahun pertemanannya dengan Mery. “Kamu kenapa sih selama ini? Jujur sama aku, kenapa kamu seakan menghindar dari aku” ujar Ery.
Mery terdiam menatap Ery “Mungkin buat kamu ini konyol, tapi ini beneran yang aku rasain. Aku marah kamu deket Rishel, aku sedih kamu deket dia dan jauh dari aku, aku benci setiap aku tau kalian jalan, aku cemburu dengan setiap cerita-cerita Rishel tentang hubungan kalian. Aku...” wajah Mery mulai memerah, air matanya pun meleleh, “Aku suka sama kamu” Mery mengusap air matanya.
Ery terdiam kaget, “Sejak kapan?” tanya Ery dengan tergagap.
“Aku nggak tau. Tapi yang jelas aku nggak suka kamu berubah, dulu kamu pacaran sama siapa pun kamu jujur sama aku, tapi begitu sama Rishel kamu selalu sembunyi dan bohong.” Mery tersenyum tegar “Itu aja kan, sekarang aku udah nggak pa-pa kamu sama Rishel. Aku pulang dulu ya” Mery berdiri dan melangkah pergi.
“Mer...Mery” Ery mamanggil gadis yang menangis itu dengan keras. Tapi Mery justru berlari kian kencang dan semakin menangis. Ery putus asa dan terduduk di pinggir lapangan badminton.

Siang itu menjadi hari indah untuk Mery, dengan senyum tersungging cerah dia pulang menuju ke rumahnya. “Mama...Papa...” teriak Mery dari arah pintu, tapi Mery seketika terdiam melihat Ery sedang berbicara serius pada mama-papa Mery. Belum usai Mery speechless Ery malah pamitan sama kedua orang tua Mery, saat Ery melewati pintu Ery tampak tersenyum sama Mery, dan Mery hanya membalas ala kadarnya.
“Kenapa sayang?” tanya mama Mery
“Emb...aku..aku...aku diterima di Universitas X” jawab Mery tergagap.
“Bagus dong...Selamat ya sayang” Mama dan papa Mery memelu Mery dengan erat, tapi dia tetap penasaran apa yang dilakukan Ery.
“Eh ma, tadi Ery ngapain?” tanya Mery
“Nanti kamu juga tau, mama mau masak special buat keluarga kita hari ini” mama Mery meninggalkan Mery yang masih bingung.

3 hari kemudian Ery mengajak Mery ke blue café yang udah bertahun-tahun jadi tempat nongkrong keduanya. “Selamat ya Mer, kamu diterima di Universitas X, nggak salah kamu temenan sama aku selama ini. jadi pinter kan!” Ery tersenyum bangga.
Mery hanya tersenyum simpul, “Makasih ya, tapi kamu mau ngomong apa sebenarnya, aku tau kalo kamu mau ngomong sesuatu yang penting pasti muka kamu mellow kayak gitu” ujar Mery.
Ery tersenyum “Hafal banget ya sama kebiasaanku” Ery terdiam sejenak “Mer, aku pindah ke Semarang besok” ucap Ery dengan suara pelan.
Mery terdiam, Apa ini yang dibilang mama”nanti kamu juga tau”, jadi Ery mau pergi dan mama nggak mau kasih tau aku?. “Terus kamu kuliah dimana?” Mery berusaha tetap tersenyum meski dia ingin sekali menangis.
“Aku kuliah di sana, Mer.” jawab Ery seadanya, dia udah nggak bisa tersenyum karena gadis dihadapannya sudah melelehkan air mata meski cuma sebutir.
“Selamat ya, itu kan bagus. Kamu bisa ketemu eyang kamu yang tinggal disana” Mery tersenyum terpaksa dan mengusap air matanya.
“Oh ya Mer, kamu harus tau sesuatu” ucap Ery semakin serius, dan Mery menatapnya dengan seksama “Aku bahagia banget disini, aku punya teman yang baik, aneh, berbeda, temanku itu yang buat aku betah banget disini dan juga aku dipertemukan oleh seseorang yang membuatku benar-benar jatuh cinta” Ery terdiam lagi “Mer, setelah ini aku akan nembak dia. Gak pa-pa kan?” Ery menggenggam tangan Mery.
Perlahan Mery melepaskan genggaman Ery, lalu berlari keluar café.
Keesokan harinya, Mery hanya melihat keluarga Ery mengepaki barang-barangnya dari jendela. Para tetangga mengucapkan salam perpisahan, tampak juga Ery yang sedang berbicara dengan mama Mery lalu sejenak pandangan keduanya melihat ke arah kamar Mery.

3 bulan kemudian.
Mery sedang asyik jalan-jalan, karena ada libur kampus beberapa hari Mery memutuskan untuk pulang. Saat lewat disebuah café yang dulu adalah kesukaannya dan Ery, Kira-kira Ery lagi apa ya? Pasti dia lagi bahagia sama Rishel. Semoga saja! Sekarang Mery sudah lebih baik, berkat bantuan Endry yang selalu menjadi penyemangatnya, kalau suatu saat Endry bisa kembali Mery akan senang hati menerimanya.
Jalan-jalan Mery berakhir di sebuah taman kompleks, Mery duduk di pinggir lapangan, menatap lapangan badminton yang sepi. Teringat lagi masa-masanya sama Ery.
“Mer” Mery terdiam merasakan imajinya, bahkan sampai dia seperti mendengar suara Ery memanggilnya. ”Mer” Mery mulai memejamkan matanya, apa dia lagi di alam mimpi? Kok suaranya kayak nyata sih. “Mery” Mery benar-benar takut langsung berdiri bermaksud meninggalkan lapangan.
“Chinkita Mery Wijaya, kamu budek ya?” segera Mery menoleh kebelakang. Beberapa kali Mery mengerjapkan matanya, “Ery” gumam Mery.
“Di panggil kok nggak nyaut sih. Udah budek sekarang?” Ery mendekat kearah Mery, tapi Mery malah menatapnya takut.
“Ihh...kamu kok ngegemesin banget sih” tiba-tiba Ery  langsung memeluk Mery,  membuat Mery terpaku. “Kamu kenapa sih, aku bukan hantu Mer. Aku beneran Ery. February Zuan Putra, sahabat kamu sejak kelas 5 SD, penggila coklat” Ery meyakinkan.
“Iya, aku udah nggak takut sekarang, tapi kamu ngapain disini?” Mery mulai percaya.
“Mau nepatin janji”
“Janji apa?”
“Sini deh kamu duduk dulu” Ery membimbing Mery duduk di pinggir lapangan badminton, kemudian mengeluarkan sebuah apel dan coklat “Sekarang kalo kamu terima ambil coklat, kalo kamu nolak ambil apel. Pilih aja” Ery menjelaskan. “Jangan tanya lagi, ambil aja salah satu” tambah Ery.
Mery kebingungan apa maksud Ery sebenarnya, “Kalo aku milih coklat nggak mungkin. Aku kan alergi coklat”  gumam Mery. Dia pun mengambil sebuah apel.
“Huft...jadi aku ditolak nih” ucap Ery sedih.
“Maksudnya?” Mery makin bingung.
“Ok, aku jelasin. Kamu inget waktu sehari sebelum aku pindah? Di blue café aku bilang “setelah ini aku akan nembak dia” maksud aku, nembak kamu. Tapi waktu aku mau nembak kamu keburu kabur” ujar Ery dengan wajah sebal.
“Bukannya nembak Rishel?” spontan Mery bertanya.
“Hubunganku sama dia gitu-gitu aja, nggak maju juga nggak mundur, lama-lama aku sadar kesamaan itu malah membuat segalanya membingungkan” Ery mencoba member penjelasan.
“Berarti kamu nembak aku pelarian dari Rishel dong?” tanya Mery lagi, yang bikin Ery gubrak.
“Nggaklah Mer. Gini...kamu diem dan dengerin aku” Ery berhadapan dengan Mery, menggenggam tangan Mery dan menatap mata Mery “Perbedaan itu lebih baik dari persamaan, karena perbedaan itu saling melengkapi dan saling mengisi kekurangan, sedang persamaan itu hanya menambahkan sesuatu yang udah ada, jadi sisi kosong akan tetap kosong.” Ery menarik mengehambuskan nafasnya pelan”Alasan aku cinta kamu karena kamu berbeda dari aku, dan yang terpenting aku terbiasa dengan kamu yang ada dihidupku, kalau aku dengan Rishel aku harus menyesuaikan lagi segalanya” Ery menatap Mery dengan seksama, Apa dia ngerti maksudku?.
“Intinya?” tanya Mery untuk kesekian kali.
“Aku mencintai kamu, karena aku sudah terbiasa dengan perbedaan kita” Ery tersenyum senang.
Mery tersenyum, “Aku juga merasa begitu” ucapnya.
 “Tapi kamu nolak aku” Ery manatap Mery sedih, “Kalau aku nembak kamu lagi, kamu mau nerima aku atau nggak?”
“Nggak” Mery menggelengkan kepalanya.
“Yah...” Ery menunduk sedih.
“Nggak nolak maksudnya” Mery manyambung kalimatnya, seketika Ery mengangkat kepala lalu memeluk Mery dengan erat.
“Berarti mulai sekarang kita pacaran” ucap Ery mantap, Mery hanya tersenyum. “Untuk merayakan hari jadi kita, sekarang kita ke blue café. Today special for chocolate day” Mery menatap Ery dengan pandangan ngeri. Keduanya berjalan bersama dengan tangan menggenggam erat.

Setelah Mery dan Ery resmi jadian di pinggir lapangan badminton, keduanya menuju tempat favorit mereka, Blue Café.
            “Ery, aku penasaran kenapa kamu nggak jadian sama Rishel. Bukannya hubungan kalian dulu udah kayak orang pacaran, sering jalan berdua lagi” ujar Mery sambil memainkan sendok kuenya.
            “Emang sih, tapi hanya berhenti sampai disana. Dia Cuma asyik buat temen main” jawab Ery santai.
            “Dan temen makan coklat” Mery mencibir.
            “Nggak tau!” Ery menatap Mery dengan pandangan yang dalam “Temen yang enak buat makan coklat itu, Kamu. Inkiku tersayang” Ery mencubit pipi Mery.
            “Kok bisa? Kan aku nggak suka coklat!” tanya Mery bingung.
            “Kamu inget waktu aku sakit terus kamu kerumahku?” Mery mengangguk mengingat kejadian itu “Aku sakit gara-gara kebanyakan makan coklat, aku kebanyakan makan coklat karena ada Rishel. Intinya karena aku jalan sama orang yang sama-sama suka coklat, aku jadi lupa diri makan banyak banget coklat jadinya aku sakit. Kalo sama kamukan aku makan coklatnya bisa direm” Ery menjelaskan.
            “Owh...” Mery mengangguk mengerti.
            Setelah senja tiba, mereka pun pulang. Ery pulang ke rumah lamanya di depan rumah Mery bersama tantenya dan Mery pulang ke rumahnya sendiri. Sesampainya di rumah Mery membantu mamanya membuat kue.
            “Dari mana, Mer?” tanya mama Mery yang masih sibuk dengan adonan kuenya.
            “Jalan-jalan” jawab Mery seadanya sambil memotong buah untuk garnish.
            “Sama Ery?” tanya mamanya lagi.
            “Kok mama tau?” Mery menatap mamanya bingung.
            “Tau dong, terus dia udah nembak kamu?” mamanya kembali menanyakan hal yang makin aneh.
            “Kok mama tau lagi?” Mery semakin bingung.
            Mamanya tersenyum lalu memasukkan adonan kue ke dalam oven, kemudian mengajak Mery duduk di ruang makan, “Mer, kamu inget waktu kamu pulang dengan senang karena kamu diterima di Universitas X, lalu kamu ketemu Ery yang lagi ngomong serius sama mama dan papa?”
            “Iya, Mery inget kok”
            “Sebenarnya, waktu itu Ery datang buat minta izin sama mama dan papa buat nembak kamu sebelum dia pindah ke Semarang, tapi Ery bilang kamu malah kabur, jadinya dia nembak kamu kalau ada waktu yang tepat lagi. Semalam Ery nelfon mama, kamu di rumah atau nggak, terus dia kesini deh nembak kamu” Mama Mery menceritakan segalanya yang selama ini nggak Mery tau.
            Mery terpaku dengan cerita mamanya, nggak nyangka kalau Ery melakukan itu semua. Dan kejutan lainnya bagi Mery adalah, mamanya mengundang Ery dan keluarga tantenya untuk makan malam di rumahnya.
            “Ery, kamu kok jadi pendiam gitu. Nggak pengen ngomong sesuatu? Kan udah jadian” Mama Mery menggoda Ery yang sepanjang makan malam hanya diam, begitu juga Mery yang hanya menunduk. Sedangkan yang lain hanya tertawa melihat pasangan baru yang pemalu.
            Makan malam berlangsung tanpa sepatah kata pun dari Mery maupun Ery, hingga “Emb...semuanya, boleh Ery ngomong sesuatu?” tiba-tiba Ery berbicara, saat makan makanan penutup.
            “Silahkan, kamu mau ngomong apa Ry?” kata Papa Mery.
            Ery menarik nafasnya, “Om, saya bolehkah sekarang saya melanjutkan rencana ke 2?” kalimat Ery membuat Mery menatap Ery bingung, emangnya papa Mery sekarang udah jadi teroris yang komplotan sama Ery, pake rencana ke 2 segala. Sedang papa Mery tersenyum bijak dan mengangguk.
            “Makasih Om” Ery tersenyum pada papa Mery lalu menghampiri tempat duduk Mery, dan membimbing Mery untuk berdiri “Mer, aku sudah minta izin ke orang tuaku dan orang tua kamu, dan sekarang aku minta izin ke kamu, aku harap kamu juga mengizinkannya.” Ery terdiam sejenak “Bolehkah cincin ini melingkar di jari kamu?” Ery melanjukan kalimatnya.
            Mery menutup mulutnya dengan telapak tangan, air matanya menetes. Tanpa bisa mengatakan apa pun Mery mengangguk. Ery pun tersenyum senang lalu memangsangkan cincin ke jari manis Mery. Seluruh peserta makan malam tersenyum senang.
            Setelah Ery memasang cincin di jari Mery tanpa pikir panjang Mery memeluk erat Ery, dan Ery pun membalas pelukan Mery.



 Tamat

Persamaan itu memang terlihat sederhana, tapi dibalik itu semua keegoisan tubuh subur.
Perbedaan itu memang terlihat rumit, tapi cinta begitu melimpah didalamnya, seperti aku    
dan Mery.
                                                                                                             February Zuan Putra.                                                                                   
           




               

               

2 komentar:

Unknown mengatakan...

ceritannya so sweet kayak aku #plak, maksude kayak coklat..
tapi kenapa kota sama universitasnya pake nama "x"?? jd sedikit gimana pasn baca bag itu. overall is good ^^

Unknown mengatakan...

hahaha....Ayna seneng..Terimakasih!!!
Tapi setelahku baca lagi, ada yang kurang...huft, Q butuh editor kayaknya:-(

Posting Komentar

Copyright 2009 Ayna’s Island. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy