MISTERI PABRIK ANGKER




            Rohman melangkahkan  kakinya menuju ruang kerja yang sudah 1 bulan ini di tempatinya, Rohman bekerja di sebuah pabrik gula yang umurnya sudah tergolong tua.            
“Selamat pagi, Pak Zaim.” Sapa Rohman begitu bertemu bosnya di lobi kantor, Pak Zaim hanya membalasnya dengan senyum. Lalu Rohman memasuki ruangannya, “Selamat pagi, Isfi.” Sapa Rohman pada sekretaris Pak Zaim.
            “Selamat pagi, Rohman.” Balas Isfi dengan senyum. Kemudian Rohman membuka file-file pekerjaannya.
            “Fi, sudah 1 bulan aku kerja di sini, tapi aku belum tau apa isi ruangan yang ada di samping pabrik?” Tanya Rohman setelah melihat denah pabrik yang terpajang di dinding ruangan.
            Wajah Isfi menjadi pucat pasi “Ehm....” Isfi kebingungan harus menjawab apa, “Lebih baik jangan kesitu, soalnya kata karyawan disini” Isfi terdiam sejenak, “Angker.” lanjutnya dengan suara lebih lirih.
            “Emang ada apanya?” Tanya Rohman lagi.
            “Nanti aja ya, pas istirahat aku ceritain.” Ucap Isfi, lalu dia kembali sibuk dengan komputernya.

            Saat jam istirahat Isfi dan Rohman makan siang di sebuah rumah makan yang tak jauh dari kantor. “Fi, katanya kamu mau cerita.” Kata Rohman setelah memasan makanan.
            “Iya, kamu tau kan ibu paruh baya yang biasanya duduk di depan pabrik?” Isfi mulai bercerita, Rohman mengangguk mengiyakan “Anaknya dulu itu bekerja di pabrik sebagai karyawan, namanya Rika, dia juga adalah calon istri Pak Zaim. Tapi 3 bulan yang lalu saat dia selesai bekerja sift malam dia pergi ke gudang, dan sejak itu juga Rika nggak pernah keluar dari sana, itu yang aku dengar dari teman-temannya. Dan sejak itu sift malam dihapus.” Ujar Isfi.

            “Terus Rika kemana dong?” Rohman makin penasaran.
            “Nggak tau, polisi udah periksa ruangan itu 3 kali. Tetep aja nihil, orang-orang bilangnya sih dia jadi tumbal setan soalnya emang si Rika itu cantik banget. Pak Zaim sekarang juga melarang polisi datang buat melakukan pemerikasaan, mungkin karena besarnya sayang Pak Zaim pada Rika hingga  sekarang Pak Zaim  jadi orang yang pendiam, terus ibunya Rika juga depresi, setiap hari datang ke pabrik buat nunggu Rika. Kasian banget mereka yang kehilangan Rika.” setelah bercerita Isfi melanjutkan makan rujak cingurnya.
            Rohman terdiam sejenak, “Masak iya orang yang jadi tumbal setan? Pasti ada sesuatu.” kata Rohman dalam hati.
            “Kamu lagi berfikir apa yang aku bilang nggak rasional?” Kata isfi tiba-tiba menebak pikiran Rohman, semetara Rohman mengangguk.
            “Jangan berfikir kamu bakal memasuki gudang itu, karena kalau Pak Zaim tau pasti dia bakal marah banget. Dan setau aku kata Pak satpam, arwah Rika gentayangan minta tolong tiap malam.” Kata Isfi lagi.

            Setelah berfikir semalaman, Rohman makin penasaran dengan kasus Rika. Apa kata Isfi tentang suara minta tolong itu benar memang, sebab saat seminggu awal Rohman lembur, ada suara-suara aneh yang membisikinya, seperti suara perempuan yang menangis. Dan saat dia pulang magrib, Rohman sering melihat sosok perempuan dengan pakaian lusuh berwarna biru dan seperti ada bercak darah sedang berdiri di depan gudang itu menatapnya, tapi jika Rohman melihatnya dengan seksama sosok itu menghilang.
            Seusai pulang kerja Rohman memutuskan untuk menemui Bu Umi yang tidak lain adalah ibunda Rika yang setiap hari berdiri di depan pagar pabrik menunggu Rika pulang, “Bu Umi nggak pulang?” Tanya Rohman dengan santun.
            “Rika belum keluar.” Jawab Bu Umi tanpa memandang Rohman, disaat bersamaan mobil Pak Zaim keluar dari gerbang, Bu Umi segera mengejar mobil tersebut dengan tangisan dan teriakan “Zaim, mana anakku? Kembalikan anakku!” Bu umi terjatuh setelah beberapa saat mengejar mobil Pak Zaim. Rohman segera membantunya berdiri dan membawa Bu umi yang masih menangis di depan sebuah warung.
            Selama beberapa menit Bu Umi hanya menangis, hingga dia berkata “Semalam Rika datang ke mimpi ibu, dia menangis dan bilang kalau Pak Zaim itu jahat, saya yakin dibalik hilangnya Rika pasti ulah Zaim. Tolong saya, tolong temukan Rika entah itu hidup atau pun mati.” pinta Bu Umi sambil menangis.

            Seminggu kemudian Rohman tetap bekerja seperti biasanya, hari ini Rohman bekerja lembur, sehingga dia harus pulang lebih malam. Saat melewati pintu depan kantor, Rohman melihat tetesan darah, dia pun mengikutinya. Hingga darah itu berhenti di depan pabrik, suasana menjadi terasa mencekam, bulu kuduk Rohman serentak berdiri. Perlahan Rohman mengangkat kepalanya, sesosok perempuan dengan wajah pucat pasi, rambut berantakan, dan baju lusuh bersimbah darah menatapnya tanpa ekspresi. Sosok itu perlahan semakin dekat, Rohman yang kebingungan perlahan berjala mundur, sosok itu tiba-tiba tersenyum, Rohman yang makin ketakutan segera berlari terbirit-birit, hingga ia menabrak satpam yang berjaga di gerbang.
            “Kenapa Mas Rohman?” tanya Satpam kebingungan melihat Rohman, Rohman hanya menggeleng lalu pergi menuju penitipan sepeda motor.

            “Rohman, tolong...tolong aku!” Suara rintihan Rika terdengar jelas di telinga Rohman yang mencoba berlari, tapi tiba-tiba saja Rika di depannya. “Astagfirullahaladzim.” Rohman terbangun dengan keringat bercucuran deras, barusan ia bermimpi buruk dikejar Rika.
            Keesokan harinya Rohman memutuskan untuk masuk ke gudang misterius saat jam makan siang, kebetulan juga Pak Zaim sedang dinas ke luar kota. Saat memasuki gudang, bulu kuduk Rohman merinding, angin aneh berhembus disekeliling Rohman, padahal ventilasi disana begitu kecil. Dengan penerangan senter Rohman mencari sesuatu yang bisa ditemukan, hingga dia melihat rangkaian bunga mawar yang tergeletak dilantai, “Disana mayatku” tiba-tiba suara gadis itu disampingnya, Rohman terjengkang kaget lalu segera meninggalkan gudang.
            3 hari setelah kejadian di gudang itu Rohman terus terdiam dan berfikir, apa yang harus dia lakukan, “Kamu kok jadi pendiam gitu sih, ada apa?” Tanya Isfi saat mereka berjalan menuju tempat makan yang biasanya, Rohman hanya membalas pertanyaan Isfi dengan senyum.
            “Itu Bu Umi, kasian banget beliau. Pasti mau ke pabrik lagi nungguin Rika” Ucap Isfi saat meihat Bu Umi, Rohman juga berfikir sama. Tapi apa yang harus dia lakukan, Rohman begitu bingung.
            “Fi, aku mau ngasih tau kamu sesuatu.” Kata Rohman saat keduanya sedang makan siang, Rohman sudah memikirkannya matang-matang, Isfi pasti bisa membantunya. Isfi tersenyum menandakan dia mau untuk diberi tahu.
            “Di gudang itu ada mayat Rika, kita harus lapor polisi.” Rohman menceritakannya dengan tergagap, Isfi menatapnya tak mengerti, “Kemarin aku masuk gudang itu, Fi. Ada rangkaian mawar dan Rika bilang di sanalah mayatnnya berada. Is, aku mohon mengertilah dengan ceritaku, aku harus bertindak, dan aku butuh bantuan kamu!” Pinta Rohman memelas.
            “Yang aku nggak ngerti, kamu ngobrol sama hantunya Rika?” Isfi menaikkan alisnya sebelah, tanda tak percaya.
            “Dia tiba-tiba datang dan bilang gitu. Aku langsung lari.” Rohman menjawab pertanyaan Isfi.
            “Ok. Kita memang harus berbuat sesuatu, aku juga kasian sama Bu Umi” Isfi mengangguk mantap.
            “Beneran? Kamu nggak takut Pak Zaim marah dan kita dipecat?” Rohman meyakinkan.
            “Nggak, aku percaya yang kita lakukan benar.” Isfi tersenyum mantap.
            Pukul 2 siang polisi datang ke pabrik, mereka meminta keterangan dari Rohman, Isfi, dan beberapa karyawan lainnya. Setelah itu Polisi, Rohman, dan Isfi menuju gudang itu melakukan penyelidikan. Berbekalkan linggis, cangkul, dan beberapa alat lainnya, para petugas mulai membongkar lantai di sudut ruangan yang ditunjukkan Rohman.
            “Ada apa ini?” Sebuah teriakan Pak Zaim mengagetkan orang-orang.
            “Kami melakukan penyidikan kembali atas kasus hilangnya Rika pegawai bapak” Ucap seorang polisi.
            “Kalian polisi tidak punya sopan santun, ini pabrik saya. Kalian harus meminta izin pada saya. MENGERTI!” Ucapnya dengan nada tinggi.
            “Maaf Pak, kami sudah melakukan sesuai dengan prosedur. Saudara Rohman dan Saudari Isfi meminta kami untuk melakukan penyelidikan.” Polisi itu menjelaskan semuanya, mata Pak Zaim segera mengarah pada Rohman dan Isfi yang sedang mendampingi Bu Umi.
            Rohman dan Isfi menemui Pak Zaim di luar gudang yang sepi, “Kalian kurang ajar!” Amarah Pak Zaim tak terbendung.
            “Tapi pak...” PLAAK, Isfi yang tadinya mencoba menjelaskan malah mendapat tamparan keras dari Pak Zaim, Rohman yang terkejut segera membantu Isfi yang terjatuh.
            “Anda tidak berhak menampar Isfi, kami hanya ingin membantu menemukan jasad ...” Belum selesai Rohman menjelaskan, Pak Zaim memukul wajah Rohman.
            “Tau apa kalian? Ha? Rika sudah tenang disana, dia baik-baik saja. Kalian tidak berhak mengganggunya.” Pak Zaim berteriak-teriak seperti kesurupan.
            “Jadi maksud Pak Zaim Rika benar-benar di gudang itu?” Tanya Isfi.
            “Iya, kenapa? Kamu fikir dia jadi tumbal setan di pabrik ini. Omong kosong.” jawab Pak Zaim emosi.
            “Tapi..siapa?” Rohman baru akan bertanya saat Pak Zaim dengan nada tinggi langsung memotong.
            “Saya, saya yang mengubur jasad Rika di sana. Kalian mau melaporkan saya ke polisi? Hahaha” Pak Zaim tertawa “Jika kasus ini terbongkar, pabrik ini tutup. Kalian tidak akan mendapat pekerjaan.” Pak Zaim benar-benar seperti orang depresi.
            “Tapi kenapa anda melakukan itu semua?” Tanya Isfi sambil menangis.
            “Rika terus mendesak agar saya mau bertanggung jawab atas kehamilannya, padahal dia tau saya sudah dijodohkan dengan orang lain.” Sekarang Pak Zaim malah menangis tertunduk “Saya sangat mencintai Rika, tapi saya tidak mungkin menikahinya, hingga saya kalap dan tidak sengaja membunuhnya” Tangis Pak Zaim semakin menjadi “Rika...maafkan aku, aku mencintaimu, sayang” Isak Pak Zaim.
            “Jadi kamu yang membunuh anakku? Dasar laki-laki biadab. Kamu menghamili anakku dan menguburnya di sini. Terkutuk kamu.” Bu Umi yang mendengar pengakuan Pak Zaim sangat marah dalam tangisnya, Isfi segera menenangkannya.
            “Maaf Pak Rohman, tadinya kami mau memberitahukan mayat Rika sudah ditemukan, dan kami baru akan meminta keterangan dari para staff dan pegawai. Tapi Pak Zaim sudah mengakuinya.” Polisi menjelaskan atas keberadaan mereka yang tiba-tiba.
            “Iya Pak, tidak apa-apa. Silahkan anda melanjutkan prosedur” Ucap Rohman.
            Setelah itu, Pak Zaim ditangkap polisi. dan pabrik pun terpaksa ditutup. Rohman dan Isfi mendapat pekerjaan baru di perusahaan lain, sedangkan Bu Umi memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya di kota Nganjuk.
            Sedang nasib pabrik itu semakin angker, orang-orang berfikir mungkin setelah mayat Rika ditemukan penampakan Rika tidak akan ada lagi, tapi salah. Rika sering muncul menjadi gadis cantik yang berdiri meminta tumpangan di depan pabrik, saat kendaraan yang ditumpangi itu sampai di perempatan dekat pabrik Rika berubah menjadi gadis pucat berlumuran darah, mengakibatkan pengendara kaget dan tak jarang mengalami kecelakaan, meski beberapa pengendara selamat, tak jarang ada yang meninggal dalam kecelakaan tersebut. Orang-orang bilang Rika mencari teman untuk menemaninya di pabrik.
Tamat

           

3 komentar:

Unknown mengatakan...

tulisannya masih ada yg salah,
tp makasih banget, gue jd setannya.. ^^

Unknown mengatakan...

hahaha...ia, memang saya kurang berbakat menjadi editor, hehehe!!!!

Dedi Andrianto Kurniawan mengatakan...

Wkwkwk

Posting Komentar

Copyright 2009 Ayna’s Island. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy